Pages

Kamis, 07 November 2013

Motif-motif Islam Dalam Karya A. S. Pushkin



Dr. Victor A. Pogadaev
(Universiti Malaya)
victor@um.edu.my


Di gua terpencil pada hari buangan
al-Quran kuhayati dengan kenikmatan.
A.S. Pushkin

Biografi ringkas A.S. Pushkin

A.S. Pushkin, atau nama penuhnya Alexander Sergeevich Pushkin lahir di Moskow pada 6 Juni 1799 dalam keluarga seorang bangsawan miskin. Moyangnya dari sisi ibu ialah panglima A.P. Gannibal yang berasal dari Absyah dan berdinas di tentara Rusia pada zaman Peter Agung.[1]
Pushkin menulis sajak-sajak pertama sewaktu di bangku sekolah. Pada tahun 1811 Pushkin masuk kolese kerajaan Tsarskosel’sky Litsei di dekat Sanct-Petersburg. Di sini bakat untuk mencipta puisi mulai tampak lebih nyata (Ingatan tentang Tsarskoe Selo – 1814, Mawar – 1815). Pushkin menyertai kegiatan persatuan sastra “Arzamas” secara aktif.
Pada tahun 1817 Pushkin tamat pelajaran di kolese dan mendapat kerja di Kementerian Luar Negeri. Dalam sajaknya pada tahun 1817-1820 dicerminkan kehidupan Sanct-Petersburg dan suasana politik yang tegang: gerakan revolusioner menjadi-jadi pada waktu itu. Pushkin berusaha memperkenalkan gaya puisi baru yang lebih sederhana dan bebas dari norma-norma tradisi. Dongeng bersajak Ruslan dan Lyudmila (1820) telah berjaya menunjukkan bakatnya. Puisi-puisinya bernada politik yang memperlihatkan rasa benci terhadap penindasan dan hasrat mencapai kebebasan untuk rakyat[2] (1817-1820) luas disebarkan dalam masyarakat (Kebebasan, Untuk Chaadaev, Desa).
Pemerintah tsar tidak berpuas hati dengan kegiatannya dan pada tahun 1820 Pushkin telah dipindahkan ke bagian Selatan Rusia. Pada “masa pembuangan” itu tampak mekarnya romantisme dalam puisinya (Tahanan Kaukasia – 1821, Air Mancur Bakhchisaray – 1823 dll). Pada tahun 1823 juga Pushkin mulai menulis novel bersajak Eugeny Onegin yang mengetengahkan dua watak: Onegin yang skeptis dan pragmatis serta Lensky yang romantis. Ideal harmoni dari pandangan hidupnya menjadi watak perempuan Tatiana.
Pada tahun 1824 Pushkin dipecat dari jabatannya dan dibuang ke Mikhailovskoe yakni desa asal orang tuanya di bawah pengawasan polisi. Di sinilah dia menciptakan salah satu karya ulungnya berjudul Mengimbas al-Quran. Sifat realisme amat dirasai dalam dramanya yang bertema sejarah Boris Godunov (1825)[3].
Pada bulan September 1826 tidak lama sesudah pemberontakan para revolusiner bangsawan (dekabristi) Pushkin dipanggil ke Moskow untuk menjumpai dengan kaisar baru Nicolai I (1796-1855) yang memberi keampunan dan meyakinkannya bahwa beliaulah akan menjadi satu-satunya sensor karya Pushkin. Anugerah tersebut sebenarnya mengakibatkan berbagai sekatan dan penghinaan baru kepada Pushkin. Memadai jika dikatakan bahwa drama sejarahnya Boris Godunov menurut nasehat sensor itu “sebaiknya diubah sehingga merupakan novel sejarah seperti ditulis oleh Walter Scott”.
Pada waktu itu Pushkin menaruh minat besar terhadap sejarah Rusia terutama masa pemerintahan Peter Agung (novel Seorang Arab Kepunyaan Peter Agung – 1827, tak pernah selesai). Pada tahun 1829 Pushkin mengunjungi Kaukasia di mana perang antara Rusia dan Turki berkecamuk (1828-1829) dan hasilnya lawatan itu menjadi novel Perjalanan ke Arzrum (1835).
Kemashyuran Pushkin sebagai sastrawan mencapai kemuncaknya. Puisi bernada politik yang tidak sempat diterbitkan maka terus disebarkan secara rahasia. Pada tahun 1830 Pushkin melawat karena beberapa hal perkebunan Boldino dan terpaksa tinggal di situ selama tiga bulan karena sekatan penyakit taun. Waktu itu ternyata sangat produktif: dia menghasilkan kira-kira 50 karya dalam berbagai genre termasuk beberapa novel dan sandiwara (tragedi) kecil. Dongeng Tentang Seorang Pendeta dan Pembantunya Balda (1830) menjadi yang pertama dalam siri dongeng bersajaknya. Yang lain ialah Dongeng Tentang Raja Saltan, Dongeng Tentang Ayam Jago Emas dan Dongeng Tentang Seorang Nelayan dan Ikan Mas.
Pada tahun 1831 Pushkin bernikah Natalia Goncharova, juita terkenal Moskow dan pindah bersamanya ke Sanct-Petersburg. Pada tahun 1833 Pushkin melawat kota Orenburg di kawasan Ural di mana mengumpulkan bahan tentang pemberontakan tani dipimpin oleh Pugachev (1773-1775). Bahan itu digunakannya dalam novel Putri Seorang Kapten (1836). Pada tahun 1836 Pushkin mendirikan majalah sastra “Sovremennik” (Rakan Sezaman) di mana karya-karya sastra yang paling berarti pada waktu tu diterbitkan.
Pada bulan November 1836, Pushkin dan beberapa kenalannya mendapat surat terbang yang sangat menghinakan istrinya dan dia sendiri (seakan-akan istrinya berselingkuh dengan seorang emigran Prancis bernama Dantes). Pada 8 Februari 1837 antara Pushkin dan Dantes terjadi duel (pertarungan pistol) berakibatkan Pushkin cidera parah dan kemudian meninggal dunia.
 “Matahari puisi kita terbenam!” - demikian antara lain isinya obituarium yang ditulis oleh seorang kritikus Rusia terkenal Vissarion Belinsky (1810-1848). Padahal penyair muda Mikhail Lermontov (1814-1841) dalam sebuah sajaknya tentang dengan pembunuhan Pushkin, menyebutnya sebagai budak tebusan dari maruahnya. Penyair muda itu dibuang ke Kaukasia segera karena puisinya dianggap terlalu sensitif bagi istana.
Pushkin digelar bukan saja sebagai peneroka sastra moden Rusia tetapi juga sebagai pencipta bahasa Rusia moderen. Pengaruhnya  terhadap sastra dan bahasa Rusia sangat luas. Melalui karyanya beliau hendak membuktikan bahwa  pemerintah bisa menggunakan kekuasaannya  untuk melakukan berbagai kekejaman terhadap rakyatnya baik secara fizikal mau pun moral akan tetapi ia tidak bisa menguasai dan memadamkan jiwa dan semangat mereka. Lebih dari itu, kehidupan Pushkin mengingatkan kita tentang apa yang seharusnya mesti dilakukan oleh para sastrawan: menyuarakan suara mereka sendiri, meskipun suara itu tidak selalu enak didengar.

Karya Pushkin diterbitkan dengan oplah berjuta-juta eksemplar dan diterjemahkan hampir ke semua bahasa dunia. Hari lahirnya diumumkan di Rusia sebagai Hari Budaya Rusia dan luas dirayakan setiap tahun oleh khalayak ramai. Patung Pushkin di Moskow menjadi tempat pertemuan para penyair yang sering membacakan sajaknya di situ. Sudah menjadi kebiasaan untuk para pengantin meletakkan bunga di kaki patung itu. Begitu besar kasih cinta orang Rusia kepada Pushkin.
Sastrawan Negara Malaysia Almarhum Usman Awang (1929-2001) yang pernah melawat Moskow pada tahun 1972 terkejut karena perhatian terhadap Pushkin. Beliau menulis:
Pagi ini di pekarangan Pushkin
Serombongan anak sekolah
Comel berdedai didandani kabus
Mengucapkan bait-bait pujangganya
Bila mereka menghilang, tampaklah
Sebusut bunga di kaki pushkinnya.
(kemudian kutahu suatu tradisi
sebelum ujian puisi, mereka
datangi tugu pujangganya
memohon restu kasihnya).
Ini memang senada dengan keyakinan Pushkin sendiri bahwa khalayak ramai akan menikmati puisinya selamanya. Di sisi patung peringatan di Moskow terukir petikan dari puisinya yang bertajuk “Monumen”:
Lama aku akan disanjung oleh khalayak ramai
Karena aku membangkitkan rasa baik hati melalui puisiku,
Menjunjung kebebasan pada zamanku yang zalim
Sambil menyeru agar orang yang rebah diampuni juga.
Cita-citanya memang terkabul. Menurut jajak pendapat umum sempena hari ulang tahun Pushkin yang ke-200 pada tahun 1999, 75.6% responden menegaskan bahwa dia merupakan penyair Rusia yang paling agung.


Akar-akar minat Pushkin terhadap dunia Islam

Tema Islam berada dalam karya Pushkin sepanjang kehidupannya. Benar juga bahwa minat yang dicurahkan oleh Pushkin kepada tema itu mencerminkan peningkatan perhatian dunia Barat termasuk Rusia kepada Islam pada akhir abad ke-XVIII - awal abad ke-XIX. Selain daripada itu minat masyarakat Rusia terhadap negara-negara Islam Timur Tengah terutama diakibatkan oleh dekatnya kawasan itu kepada Rusia.
            Pada awal abad ke-XIX perhatian kepada dunia Islam di Rusia menjadi teristimewa besarnya. Atas keputusan pemerintah pada tahun 1804, pengajaran bahasa-bahasa Timur (bahasa Arab dan bahasa Parsi) diperkenalkan di beberapa universitas Rusia.  H.D. Fren (1782-1851), murid ahli Timur Tychsen (1734-1815) dari Jerman diundang ke Rusia. Pada tahun 1807 Fren yang berusia dua puluh lima tahun dilantik menjadi Profesor jurusan bahasa-bahasa Timur Universitas Kazan[4], kota yang majoritas penduduknya ialah orang Islam. Sebagai pendiri pemyelidikan Arab di Rusia beliau kemudian menjadi ahli Timur yang terkemuka zaman itu.
            Di Universitas Moskow[5] pengajaran bahasa-bahasa Timur diprakarsai oleh A.V. Boldirev (1780-1842) yakni murid ahli Timur Perancis terkemuka A.I. Silvestre de Sacy (1758-1838). Pemrakarsa penyelidikan Timur di Rusia waktu iti ialah juga S.S. Uvarov (1786-1855) yang bersama dengan A.S. Pushkin pernah menjadi ahli persatuan sastra «Arzamas». Sebagai diplomat Rusia di Vien, Uvarov terperanjat dengan minat Eropa Barat terhadap kesenian dan kebudayaan Islam dan menganjurkan gagasan mendirikan di Rusia Akademi Ilmu Pengetahuan Asia yang sebelumnya pernah dikemukakan oleh sarjana terkemuka yakni M.V. Lomonosov (1711-1765).
Pada bulan November tahun 1818 Fren membuka Museum Asia di Petersburg; pada waktu itu juga di Institut Perguruan Utama ditubuhkan jurusan bahasa-bahasa Timur. Uvarov yang pada waktu itu menjadi Presiden Akademi Ilmu Penhetahuan Rusia dalam pidato peresmian menyatakan: «Semua agama, ilmu pengetahuan dan filosofi bersumber di Asia. Hanya Asia tetap menyimpan kemampuan yang ajaib melahirkan segala gejala dunia rohaniah; hanya di sana kita temui sumber yang tulen dari pengajaran umum, dan tak ada seorang pun yang tidak berkobar-kobar dengan kehendak mengenali lebih rapat sumber akal umat manusia yang tak kunjung habis itu». Pushkin membaca pidato Uvarov itu dan mungkin pada waktu itu lahirlah gagasan pembaruan puisi Rusia dengan memperkenalkan unsur-unsur Islam kreatif dan ketimuran secara umum yang bisa membawa hasil-hasil baik.
            Minat Pushkin terhadap dunia Islam bangkit awal sekali dan mula-mula disebabkan oleh biografinya sendiri: moyangnya Abram Petrovich Gannibal (1696-1781) yang dibawa ke Rusia oleh kaisar Peter I (Agung) (1672 – 1725) dalam usia masih kecil berasal dari Habsyah Utara dan berketurunan bangsawan. Ada andaian bahwa moyang Pushkin itu beragama Islam. Kebanyakan penduduk Habsyah Utara ialah Muslim dan bapa Abram Petrovich Gannibal ialah amir yang tunduk kepada Turki. Bukan kebetulan budak Habsyah yang dibawa oleh kaisar itu, pada waktu pembaptisan menangis tersedu-sedu dan menolak nama Peter yang kaisar mau memberi kepadanya. Yang dipilihnya ialah nama Ibrahim (Abram) yakni nama Islam. 
Minat itu bertambah dan mendalam. Pengertian mengenai Timur pada masa muda timbul di bawah pengaruh pembacaan buku: novel-novel dan drama berunsur Islam oleh filosof Prancis Voltaire (1694-1778), Surat-surat Parsi oleh Montesquieu (1689-1755), bahan-bahan mengenai Timur dalam majalah «Utusan Eropa» (catatan para pengembara, artikel, resensi buku sastra dan kesenian, terjemahan contoh-contoh puisi dan prosa Timur, biasanya melalui bahasa Prancis).
Salah satu punca pengetahuan mengenai dunia Islam lagi menjadi teater. Misalnya di teater kepunyaan seorang bangsawan Rusia V.V. Tolstoy, dipentaskan opera oleh Mozart Penculikan dari harem. Kesan-kesan daripadanya tercermin dalam sajak Pushkin Kepada Natalia (1813) yaitu kepada seorang aktris teater itu dalam mana dikatakan:
Aku bukan pemilik harem,
Bukan orang Arab ataupun Turki.
Pada masa muda Pushkin, tema Timur menduduki tempat penting dalam repertoar teater. Di Teater Petersburg, dia pernah menonton dua balet bertemakan Timur Khalif Baghdad dan Khenzi dan Tao. Dan tidak kurang pentingnya ialah Cerita-cerita 1001 malam yang motif-motifnya bisa dikesan dalam puisi epiknya Ruslan dan Lyudmila.

Puisi epik Rusia pertama

Ruslan dan Lyudmila dipandang sebagai puisi epik Rusia pertama. Bukan satu kebetulan bahwa tepat di puisi inilah ada kata-kata mengenai «jiwa dan semangat Rusia». Tetapi tidak bisa dinafikan juga bahwa Pushkin dalam puisi itu dengan berani memperkenalkan unsur-unsur folklore Timur. Penyelidik karya-karya Pushkin yaitu D.D. Blagoy berpendapat bahwa «ini memang percobaan nyata yang pertama untuk menyelami semangat dan jiwa bangsa lain». I.S. Braginsky, kritikus Rusia yang ternama juga melihat unsur-unsur ketimuran dalam puisi itu: watak khan Khazar muda namanya Ratmir yang mendapat kebahagiaan hidupnya dengan menjadi nelayan biasa, penyebutan nama kaisar Solomon, orang-orang Arab dan Sheherezada dari Cerita-cerita 1001 malam.
Dan secara amnya pengembaraan dan pengalaman watak utamanyanya Ruslan yang mencari kekasihnya Lyudmila yang diculik oleh seorang tukang sihir kerdil bernama Chernomor ketika Lyudmila bersanding dengan Ruslan tidak begitu berbeda dari cerita penglipur lara ataupun hikayat Indonesia.
Jelas bahwa hayalan kreatif Pushkin, selama menciptakan Ruslan dan Lyudmila menggunakan unsur-unsur Islam dan ketimuran dengan mengolah unsur itu kembali dan membuat unsur-unsur asing menjadi unsur-unsur sendiri.
Puisi itu diresapi dengan suasana ketimuran sepenuhnya. Bahkan perkataan «Timur»  diulangkan beberapa kali. Misalnya kumis panjang Chernomor «diselubungi dengan wangi Timur». Sebilah pedang wasiat yang mampu meniadakan kuasa sihirnya ditemuinya
Jauh di belakang banjaran Timur,
Di pantai sepi lautan.
Seperti lumrah di negeri-negeri Timur Chernomor itu dilayani oleh para budak dan abdi. Dengan diiringi oleh pelayan-pelayan berkulit hitam masuklah dia dengan meriah ke kamar tidur putri raja Rusia yang diculiknya. Petualangan Ratmir juga serupa dengan pengembaraan para wira dari Cerita-cerita 1001 malam.
Unsur ketimuran terutama kelihatan dalam lagu Gelap malam menyelubungi padang... yang dinyanyikan oleh seorang jelita yang mau membujuk Ratmir singgah ke istananya. Melodi lagu itu ialah meleret dan perlahan-lahan, beberapa bagian diulangi beberapa kali yang serupa dengan cara-cara puisi bergaya Timur. Menarik juga bahwa komponis Rusia terkenal Mikhail Glinka (1804-1857) yang menggubah opera dengan menggunakan puisi Pushkin itu menamakan lagu tersebut sebagai lagu Parsi.
Tahanan Kaukasia

Pada tahun 1820-an karya-karya Pushkin berunsur Islam dan ketimuran lahir sebagai akibat kesan langsung dari perjalanannya ke Kaukasia dan Krimea dan cerita-cerita orang yang lama tinggal di sana. Misalnya di kota Kisheneu yang penduduknya multi bangsa, Pushkin selama mengunjungi pasar bisa menyaksikan perangai dan tabiat orang Timur, terutama Turki dan Parsi, mendengar perbicaraan dalam banyak bahasa mereka.
Seorang kenalan wanita Pushkin di Kisheneu[6], Kalipso Polikhroni pandai berbicara dalam bahasa Armenia dan Turki. «Dengan iringan gitar dia menyanyi dengan gaya ketimuran dan suara sengau lagu-lagu Turki yang sayu, kadang-kadang penuh berahi cinta, kadang-kadang muram dan mengerikan diikuti dengan ajukan dan gerakan tangan yang ekspresif», - demikian penulis Rusia V. Veresaev (1867-1945) mengenai kehidupan Pushkin di Kisheneu.
Peristiwa yang paling penting dalam kegiatan kreatif Pushkin waktu itu ialah penerbitan di Sanct Petersburg pada tahun 1822 puisi Tahanan Kaukasia yang diselesaikannya satu tahun sebelumnya. Dalam puisi itu ada dua unsur: penggambaran etnografi serta paparan romantis dan psikologis. Tema puisi itu ialah cerita seorang tentara Rusia yang pernah ditawan di Kaukasia oleh penduduk setempat tetapi dibebaskan oleh seorang anak perempuan. Dengan begitu Pushkin mengetengahkan masalah perikemanusiaan. Anak kecil itu tidak tahu kekejaman orang dewasa, tidak tahu-menahu apa itu musuh dan mengasihani tentara Rusia itu sebagai manusia.
Puisi itu disambut baik oleh para pembaca dan kritikus. Penulis dan sejarawan yang terkenal Karamzin (1766-1826) menilai tinggi karya itu dengan mencatat bahwa “tak meragukan lagi bahwa Pushkin ialah penyair berbakat”. Semua kaget karena gaya dan kuatnya puisi: tidak sedikit bait menjadi kemudian sebagai peribahasa. Puisi itu melahirkan banyak puisi dengan tema sama: Tawanan Kirgizia, Tawanan Moskow dll. Lebih kemudian penulis Rusia Leo Tolstoy (1828-1910) menulis cerpen dengan menggunakan topik sama dan bahkan mengekalkan tajuknya Tawanan Kaukasia.  

Air Mancur Bakhchisaray – air mancur cinta

Tema Timur dan Islam mendapat tempat juga di puisi Pushkin yang terkenal waktu itu yakni Air Mancur Bakhchisaray [7](1822-1823).
Dalam puisi itu seperti dalam puisi Tahanan Kaukasia, pembaca Rusia melihat dunia yang belum dikenalinya, dunia yang baru saja ditemui oleh penyair sendiri. Pushkin memaparkan kehidupan perang dan damai orang Timur yakni penghuni gunung Kaukasia dan orang Tatar Krimea, kehidupan sehari-harinya, tabiatnya. Puisi itu terdiri dari dua bagian: liris dan epis. Bagian yang terbesar ialah bagian liris yakni kisah mengenai cinta tragis khan Girei. Sedihlah khan Girei itu: perempuan bangsawan Polandia Maria yang ditawannya dalam perang tidak cinta padanya. Perempuan jelita Zarema yang dulu dicintai oleh khan memohon Maria meninggalkan khan. Maria dengan serta merta meninggal dan Zarema dicurigai sebagai biang keladi. Dia juga meninggal karena disiksa.
Dalam puisi itu tercermin juga kegemaran Pushkin terhadap penyair Inggris Byron (1788-1824). Mengikuti Byron itu, Pushkin menolak estetik klasisisme dan menciptakan gaya puisi baru berpangkal pada gaya puisi Timur yang berbentuk samar dan penuh dengan isyarat dan simbol. Tetapi berbanding dengan Byron yang menyamakan diri dengan watak romantiknya, Pushkin memisahkan diri dari watak yang diciptakannta dan membandingkan dirinya dengan watak itu dalam epilog saja. Tambahan pula Byron biasanya memusatkan perhatian terhadap dunia batin wataknya, terhadap nafsunya yang berkobar-kobar sedangkan watak Pushkin ialah selalu dalam kesibukan hidupnya dan Pushkin tidak menitikberatkan perasaan jiwanya.
Peranan penting dalam puisi itu mulai dimainkan oleh watak perempuan: hal itu juga membedakan Pushkin dari Byron. Kebenaran psikologis dan pengalaman dramatis Zarema dan Maria, dua watak wanita, kepribadian wataknya yang menonjol mengalihkan perhatian pembaca dari watak utama yang ada hubungannya dengan pengarang: dia itu ternyata didesak ke samping oleh watak-watak perempuan. Dan akhirnya, Byron mengabaikan penggambaran tepat pemandangan alam di mana watak karyanya bertindak. Alam sekitar bagi Byron ialah hanya latar belakang eksotis yang mampu membuat kepribadian watak romantisnya lebih menonjol. Dalam puisi Pushkin, alam ialah setaraf dengan objek-objek lain pengisahannya.
Ciri ketimuran puisi Pushkin itu tampak bahkan dalam epigrafnya yang dikutip dari puisi Bustan oleh penyair kenamaan Parsi Saadi (1184-1291). Bukan suatu kebetulan juga bahwa sesudah puisi Air Mancur Bakhchisaray diterbitkan, Pushkin mendapat julukan «Saadi yang muda». Penting pula bahwa penggambaran watak-watak dan kelakuannya ialah berdasarkan kebenaran sejarah hal mana membuktikan bahwa Pushkin dengan tekun menyelidiki sejarah dan etnologi bangsa-bangsa Timur.
Dalam puisinya itu dia membandingkan dua jenis cinta dan dua jenis kecantikan (Zarema melambangkan Timur dan Maria melambangkan Barat) tetapi bersamaan dengan itu tersirat idea mengenai persamaan taraf semua bangsa dan rakyat di dunia.


Mengimbas al-Quran

Satu tahun sesudah penerbitan Air Mancur Bakhchisaray, Pushkin lagi tertarik kepada tema Islam. «Aku sibuk menulis demi kegemilangan al-Quran», - demikian Pushkin dalam surat kepada penulis Pyotr Vyazemsky (1792-1878). Pada akhir bulan September tahun 1824 di desa Mikhailovskoe tidak jauh dari Moskow, dia mulai mencipta siri puisi Mengimbas al-Quran dan pada bulan November sudah selesai menulis karyanya itu. Siri puisi itu yang terdiri dari sembilan sajak ialah contoh nyata pemahaman dan pengolahan kreatif budaya Timur oleh Pushkin.
Apakah dia berusaha menafsir al-Quran serta kebudayaan dan  kesusilan Timur amnya secara poetis atau pun semata-mata menyatakan perasaan agama secara individu? I.S. Braginsky pernah menulis mengenai arti filsafat-puitis puisi ini sebagai berikut: «Dalam siri puisi itu yang penting ialah idea mengenai misi kenabian seorang penyair, kehidupan baru melalui kematian, perjuangan terus menerus melawan sifat kecut perut, kecaman terhadap orang yang mengkhianati cita-cita yang mulia».
Mengimbas al-Quran dicipta dalam kurun waktu ketika sifat realisme dalam karya-karya Pushkin menjadi semakin nyata, ketika dia sudah menulis beberapa bab roman berbentuk puisi, Eugeny Onegin dan menjelang menulisnya drama sejarah, Boris Godunov. Niat Pushkin tidak dibatasi saja oleh tugas mengimbas al-Quran dengan gaya puitis malah ada hubungannya dengan renungan Pushkin tentang kehidupannya sendiri dan peristiwa sezaman. Siri puisi itu sangat berkaitan dengan hal-ihwal zaman itu. Tetapi kepentingan Pushkin tidak terletak pada keperluan pribadinya saja: dia mau menggambarkan dunia Islam sepenuhnya dengan segala ciri-ciri khas terutama yang ada kena dengan pandangan hidup agama dan filsafat.
Pushkin pernah mendengar tentang syariat Islam dan al-Quran sewaktu mengikuti kuliah profesor sejarah I.K. Kaidanov (?-1843). Tentang Islam, Pushkin pasti dipengaruhi oleh sahabatnya, ahli filsafat Chaadaev (1793-1856). Dalam bukunya Surat-Surat Filsafat, Chaadaev menganggap Islam sebagai agama yang teragung dan menilai kepribadian Nabi Mohamad sebagai tokoh yang paling dihormati dan pemurah hati.
Setelah mengenali al-Quran untuk pertama kali ketika menjadi pelajar, Pushkin beberapa kali membacanya semula. Dalam sajaknya yang tidak selesai pada 1825, dia mengakui bahwa dia membaca al-Quran «pada hari buangan» yaitu sebelum dia dibuang ke Odessa pada musim panas tahun 1824:
Di gua terpencil pada hari buangan
Al-Quran kuhayati dengan kenikmatan.
Pasti dia membacanya dalam terjemahan M.I. Verevkin (1732-1795) (terbitan tahun 1790) di Mikhailovskoe pada masa mencipta Mengimbas al-Quran juga. Puisi itu disebutnya «bebas». Bahkan ketika dia mengutip beberapa bait (ayat) dari al-Quran, dia tidak menirunya kata demi kata melainkan memberi interpretasi sendiri kepada tema dan watak yang digambarkannya.
            Mengapakah Pushkin tertarik pada al-Quran? Penyelidikan catatan dan beberapa naskhah asal karyanya menunjukkan bahwa yang menarik bagi Pushkin adalah aspek filsafat dan nilai akhlak Kitab suci itu. Pushkin pernah mengakui bahwa «... banyak hakikat akhlak dipaparkan dalam al-Quran secara sangat meyakinkan dan bergaya puitis».
Yang menarik bagi Pushkin adalah juga keserupaan riwayat hidup antara beliau dan Nabi Mohammad yang juga pernah diusir oleh masyarakat.
Pushkin menghubungkan Watak Nabi Muhammad dengan renungan tentang suratan takdir tokoh, pengabdiannya kepada masyarakat, ciri ideal negarawan, dan kemenangan kebaikan mengatasi kejahatan.
Tafsiran watak Nabi Muhammad oleh Pushkin berbeda dengan tafsiran ahli filsafat Prancis Voltaire yang dalam salah satu sandiwaranya melukiskannya sebagai fanatik yang mau merebut kuasa. Pushkin membantah tafsiran Voltaire itu: “Bukan darah orang yang tak terbela, disukai Langit, tetapi kasih dan kepercayaan”.
            Mengimbas al-Quran diresapi rasa keagamaan dan ketulusan Pushkin.  Penyair itu, menurut kritikus B.A. Vasiliev dalam bukunya Jalan rohaniah Pushkin (Moskow, 1994), memilih tema kunci dalam al-Quran untuk digarap dalam puisinya seperti yang berikut:
            - Seruan Tuhan kepada Muhammad untuk menjadi Nabi:
                                    Bukankah Aku melepaskan hausmu
                                    Dengan air gurun pasir itu?
            - Tujuan luhur dan tinggi seorang Nabi:
                                    ...selalu kejilah penipuan,
                                    Dengan cergas ikutilah jalan kebenaran.
            - Tujuan sokongan pribadi kegiatan sebagai Nabi:
                                    Tidak, Aku tidak meninggalkanmu.
                                    Bukankah kamu yang Aku tenteramkan
                                    Dan sembunyikan dari penindas
                                    Sebab kamulah Aku sayangkan.
            - Nabi penyebar kebenaran:
                                    Kamu, Nabi, diturunkan salinan naskhah
                                    Daripada al-Kitab suci di Langit...
            - Ajaran Tinggi mengenai Tuhan yang Maha Esa dan Pengasih yakni ajaran tauhid:
                                    Bumi tak bergerak - bumbung Langit
                                    DidukungMu, Pencipta...
            - Ajaran mengenai kekuasaan penuh Pencipta ke atas Iblis:
                                    Dahulu Kamu, Maha Kuasa,
                                    Pernah dicabar olehnya
                                    Yang gila karena bangga diri,
Kamu namun menaklukkannya.
- Ajaran mengenai manusia sebagai makhluk yang sombong tetapi lemah:
                        Pasal apa kau bangga, manusia?
                        Pasal telanjang datang ke dunia itu?
                        Pasal hidupmu pendek sekali?
                        Pasal kau mati dalam kelemahan seperti lahir jua?
- Ajaran tentang hari kiamat dan pembangkitan kembali:
                        Malaikat membunyikan sangkakala dua kali
Dan gemuruh mengilat ke bumi.
...
Dan semua akan menghadap Tuhan.
...
Dan keajaiban di gurun terjadi
Semua yang mati hidup kembali.
- Ajaran tentang keluhuran pengorbanan diri:
                                  Yang gugur dalam perang adalah berbahagia,
            Semua sudah masuk surga.
- Pujian oleh Tuhan kepada orang yang bermurah hati memberi sedekah:
                        Kemurahan hati disukai Langit.
- Ajaran mengenai kesuburan kreatif kata-kata Nabi:
                        Pada hari kiamat bagai tanah yang subur
                        Ianya kaya raya berbuah
Membalas jasamu, penuai yang tekun!
- Pengakuan gembira dan optimistis terhadap kegiatan Tuhan di bumi:
                        Hatinya dipenuhi dengan kekaguman suci
Dan dengan nama Tuhan perjalanan diterusi.
            Pushkin bukan saja menggambarkan watak Muhammad sebagai tokoh dan Nabi melainkan juga memaparkan apa yang ada di sekitarnya: alam dan iklim Arabia, sistem pemerintahan, kehidupan penduduknya dan tabiat mereka.
Tentu susun atur puisinya berbanding dengan al-Quran diubah, kadang-kadang diperkenalkan teks sendiri yang tidak ada dalam Kitab itu. Tetapi dia seberapa mungkin berusaha mengikuti bentuk Al-Quran juga: puisinya ditulis dengan bait bermacam-macam panjangnya, mencerminkan keanekaragaman genre: pengajaran dan firman Allah, rayuan kepada Nabi (I, VII), kepada kalangan tokoh di dekatnya (II) dan kepada semua orang Islam (III), cerita dan legenda (IV, IX), doa (V), nasehat perpisahan kepada tentara oleh Muhammad (VI).
Mengimbas al-Quran dipandang oleh para kritikus secara amnya sebagai satu karya ulung di mana tradisi Timur diterima oleh Pushkin teristimewa produktifnya. Penulis ternama Rusia Dostoevsky (1821-1881) pernah menulis bahwa Pushkin mempunyai kemampuan yang unik untuk memahami inti sebenar tamadun Timur. Penulis-penulis Barat ketika menceritakan tentang bangsa lain menggunakannya sebagai bahan eksotis dan etnografi, padahal Pushkin berusaha mengekalkan cara berfikir bangsa lain. Dengan merujuk Mengimbas al-Quran, maka Dostoevsky tertanya-tanya: “Bukankah kita tampak di sini seorang Muslim, semangat sejati al-Quran dan senjatanya, keagungan kepercayaan, dan kekuatannya yang perkasa?”.
Dua tahun kemudian Pushkin kembali kepada tema Islam dan menulis puisi Prorok (Penyair Peramal) dalam mana melukiskan kelahiran seorang penyair. Tuhan memberikan kepadanya mata untuk melihat tetapi dia masih bukan penyair. Tuhan memberikan kepadanya telinga untuk mendengar tetapi dia masih bukan penyair. Tuhan menggantikan jantungnya tetapi dia masih “jenazah di padang pasir”. Tuhan memberikan kepadanya kebolehan memahami Tuhan dan baru sesudah itu dia menjadi penyair.

Perjalanan ke Arzrum - perjalanan akhir Pushkin ke Timur

Salah satu karya tentang Timur lagi ialah Perjalanan ke Arzrum (1835) dalam mana dia meninjau kembali perjalanannya yang diadakan enam tahun sebelumnya. Karya dalam prosa itu menandakan peralihan Pushkin ke realisme dalam sastra yang sudah tampak sebagiannya dalam «Mengimbas al-Quran».
Di sini tugasnya lain juga: tidak memperkenalkan budaya bangsa lain melainkan menduga jiwa orang yang menganut budaya itu, melukiskan dunia benaran. Berbanding dengan karya-karya sebelumnya dia sudah jauh dari nada romantis. Misalnya, dia mencatat bahwa masjid di sini rendah dan gelap dan air mancur yang dalam puisi Air Mancur Bakhchisaray ialah ibarat air mancur cinta di sini mendapat ciri-ciri realistis: «Dari pipa yang berkarat, air menitis setitik demi setitik».
Dengan mahir sekali dipaparkan juga alam indah. Pada waktu sama juga dia menolak mitos mengenai «kemewahan luar biasa Asia» dan menyatakan bahwa «kemewahan ialah pengertian yang ada hanya di Eropa». Lebih tepat harus bercakap mengenai «kemiskinan Asia». Dan penggambarannya “iklim yang indah tetapi teruk” juga sesuai dengan kata-kata itu. Dalam karya itu, Pushkin mendahului Leo Tolstoy (1828-1910), dalam penggambaran perang.
Dan dia berusaha bersikap objektif terhadap orang yang tidak suka dunia kejam yang wujud dengan kedatangan orang Rusia di tempat di mana mereka leluasa dahulu: «Orang Cherkes membenci kami. Kami menghalau mereka dari padang gembala di mana mereka leluasa, merosak desa mereka, menghancurkan segala suku bangsa».

Pohon anchar dalam puisi Pushkin

Pada umumnya Timur yang dilukiskan Pushkin ialah Timur Tengah, kawasan Asia Selatan dan Timur Jauh sedangkan Asia Tenggara kurang dikenali oleh Pushkin, karena itu hampir tidak mendapat tempat dalam karyanya. Walaupun begitu satu objek yang ada hubungannya dengan Asia Tenggara telah dicerminkan di salah satu puisinya.
Para pengembara waktu itu banyak menceritakan mengenai sebuah pohon yang berbisa dan citra pohon itu begitu menggemparkan khayalan Pushkin sehingga dia menciptakan puisi bertajuk Anchar (begitu disebutnya pohon yang berbisa itu).
Pushkin tidak tahu bahwa «anchar» itu tumbuh hanya di Asia Tenggara dan menempatkannya di gurun pasir. Hanya pada tahun 1902 seorang sarjana Rusia K.N. Davidov (1877 - 1960), membetulkan kesalahan itu: dia dengan mata kepala sendiri melihat pohon itu di pulau Semang (Kepulauan Aru).
Begitulah peristiwa itu dikisahkan oleh sejarawan Rusia E.I. Gnevushewa (1916 - 1994) dalam bukunya «Di Negara Tiga Ribu Pulau» (Moskow, 1962):
«Pada suatu hari dia bertembung dengan pohon-pohon yang berbisa. Davidov tidak tahu nama ilmiahnya dan menyebutnya dengan nama setempat «kakal momotin». Di bawah pohon itu ada bangkai dua babi hutan yang kiranya termakan akar atau ranting muda pohon itu. Penduduk setempat menjauhi pohon-pohon yang mengerikan itu dan hanya suku pemburu mengembara pandai menggunakannya. «Cukup melalui pohon itu agak dekat supaya menjadi mati», - Davidov diperingatkan oleh Letetein, ketua desa terdekat. Dia menceritakan bagaimana penduduk sebuah desa sepenuhnya menghancurkan penduduk desa tetangganya musuh mereka dengan meracuni sungai oleh potongan pohon kakal momotin itu».
Di Indonesia pohon itu disebut pohon upas padahal di Malaysia pohon itu terkenal dengan nama “ipoh”. Ahli botani Belanda Rumphius (1627-1702) yang pernah duduk di Malaya pada pertengahan abad ke-17 mencatat tentang pohon itu:
“Di bawah pohon itu tidak ada tumbuhan lain, apakah pohon, belukar atau pun rumput. Bukan saja di bawahnya tetapi pada jarak melontar batu; tanah di sana gersang, gelap dan seakan-akan hangus. Kadar keracunan pohon itu begitu tinggi sehingga burung-burung yang hinggap pada dahannya selepas menghirup udara beracun roboh dan mampus sehingga bulunya menutupi tanah di sekitarnya… Segalanya yang kena uap racunnya mati karena itu binatang mengelaknya dan burung tidak mau terbang di atasnya. Tak seorang pun berani mendekatinya kecuali kalau tangan, kaki dan kepalanya dilindungi dengan kain tebal… Dahannya yang dikirimkan kepada saya dalam ruas bambu begitu pedih sehingga saya setelah memasukkan tangan ke dalamnya mengalami rasa menusuk yang biasanya kita rasai ketika selepas kesejukan masuk tempat yang panas…”
Dalam puisi Pushkin itu kita membaca:
Tiada burung menghampirinya
Atau harimau muncul: hanya puting beliung hitam
Melanda pohon maut itu
Dan berpantul balik membawa maut.

Dan jika mega berarak menyirami
Daun-daunnya yang lebat
Lalu dari dahan-dahannya
Hujan berbisa turun membasahi pasir yang berbahang.
Kiranya pohon macam itu dulu banyak di sekitar kota Ipoh yan terletak di Malaysia. Sekarang pun sebuah pohon ipoh bisa dijumpai di sana di depan stasiun kereta api. Supaya orang tidak diracuninya pohon itu dikelilingi dengan pagar.
Mungkin dari segi puisi, tidak begitu penting di mana sebenarnya pohon itu tumbuh, tetapi menarik juga bahwa pohon yang menjadi tema puisi Pushkin ada tumbuh di Indonesia dan Malaysia!

Kesimpulan

Karya-karya Pushkin seperti Ruslan dan Lyudmila, Perjalanan ke Arzrum, Mengimbas al-Quran, Pancutan air Bakhchisaray dll menandakan permulaan dialog mendalam antara Rusia dan dunia Islam yang dulu kurang diketahui oleh masyarakat Rusia. Dan Pushkin dalam dialog itu tampil bukan setakat pembawa budaya Rusia melainkan juga seperti seorang penulis yang berskala seluruh dunia. Mungkin dialah yang pertama melihat kedudukan Rusia sebagai negara Euro-Asia yang sempat memainkan peranan “jembatan” antara dua dunia itu dengan mencatat bahwa di Rusia bersatu padulah dua jiwa: “jiwa Timur” dan “jiwa Barat”.

Daftar pustaka                    
Belkin D. (1965). Tema Zarubezhnogo Vostoka v Tvorchestve A.S. Pushkina (Tema Ketimuran dalam Karya-Karya A.S. Pushkin) // Narodi Azii i Afriki (Bangsa-Bangsa Asia dan Afrika), № 4.
Blagoy D. (1931). Sotsiologiya Tvorchestva Pushkina (Sosiologi Kreativitas Pushkin). Moskow.
Chelishev E.P. (2001). (ed) Pushkin i Mir Vistoka (Pushkin dan Dunia Timur). Moskow.
Gnevusheva E.I. (1962).V Strane Tryoh Tisyach Ostrovov (Di Negara Tiga Ribu Pulau). Moskow.
Lobikova N. (1974). Pushkin i Vostok. Ocherki (Pushkin dan Timur. Esei). Moskow.
Pushkin A.S. (1962-1966). Polnoe Sobranie Sochineny (Kumpulan Karya Lengkap), jl. 1-10. Moskow.                                           
            Vasiliev B.A. (1994). Dukhovny Put’ Pushkina (Jalan rohaniah Pushkin). Moskow.
            Victor A. Pogadaev (2003). Penyair Agung Rusia Pushkin dan Dunia Timur. Siri Monograf. Pusat Dialog Peradaban. Universiti Malaya. Kuala Lumpur.



[1] Peter Agung (Peter I) (1682-1725), kaisar Rusia yang terkenal karena melalui reformasi “membuka” Rusia kepada Barat dan mendirikan ibu kpta baru Sanct Petersburg di wilayah yang direbutnya dari Sweden.
[2] Pada zaman Pushkin, di Rusia masih kekal sistem pembudakan tani. Sistem itu dibatalkan hanya pada tahun 1861.
[3] Boris Godunov (1552—1605) – tsar (raja) Rusia.
[4] Kazan adalah kota di tepi sungai Volga, ibu kota Republik Autonom Tatarstan. Universitas Kazan didirikan pada tahun 1804.
[5] Universitas Moscow didirikan oleh sarjana ternama Rusia, Mikhailo Lomonosov (1711-1765) pada tahun 1755 dan ialah antara yang tertua di Rusia. Sejak tahun 1940, diberi nama pendirinya.
[6] Kisheneu adalah  kota di Rusia Selatan, sekarang ibu kota Republik Moldova.
[7] Bakhchisaray adalah kota di Krimea tempat letaknya istana bekas khan dan amir Krimea. Perkataan itu diterjemahkan secara harfiah sebagai “Istana-Taman”

0 komentar:

Posting Komentar